Sistem Silvikultur Tebang Habis Permudaan Alam (THPA)

Sistem Silvikultur Tebang Habis Permudaan Alam (THPA) – Tebang habis denga permudaan alam atau lebih dikenal dengan singkatan THPA merupakan sistem sulvikultur dan berasal dari Malaysia.

Sistem ini, banyak digunakan untuk memanen pohon di hutan alam produksi yang mayoritas ditumbuhi oleh family Dipterocarpaceae (Malayan clearfelling over natural regeneration) dan sejak beberapa tahun lalu disesuaikan dengan keadaan hutan alam produksi di Indonesia (Ditjen Krhutanan 1976).

payau

Dalam sistem silvikultur THPA, penebangan jenis pohon yang memiliki nilai tinggi dilakukan secara bersamaan dan singkat, yaitu satu hingga dua tahun saja.

Teknik ini dilakukan apabila pada hutan tersebut, sudah terdapat cukup banyak seedlings atau permudaan tingkat semai dan beberapa bibit pohon bernilai tinggi mulai tumbuh dan berkembang.

Keuntungan menggunakan sistem silvikultur jenis ini adalah jenis kayu yang memiliki nilai tinggi dapat dipanen dalam jumlah yang banyak.

Selain itu, tegakan muda yang dihasilkan dan sudah tumbuh akan bervariasi. Sehingga terdiri atas beberapa jenis pohon yang bernilai tinggi, memiliki ukuran dan umur sama antara pohon satu dengan yang lainnya.

Sistem THPA di Indonesia

Karena setiap hutan memiliki komposisi, struktur, dan keadaan ekologi yang berbeda-beda.

Dengan demikian, setiap sistem silvikultur tidak dapat diterapkan pada semua hutan. Hutan Dipterocarpaceae di bagian utara pulau Laut, Hutan Duabanga moluccana di lereng gunung Tambora, dan beberapa hutan di pulau Maluku memiliki struktur yang menyerupai hutan yang berada di Malaysia.

Karena memiliki umur yang sama dan tersusun atas jenis tertentu saja, sehingga mungkin saja dilakukan sistem silvikultur THPA pada hurtan-hutan tersebut. Dengan catatan, keadaan topograf atau lapangan memungkinkan.

Dengan melakukan tebang habis pada hutan alam produksi, perlu dilakukan beberapa langkah perbaikan untuk mejaga dan melindungi kelestarian hutan tersebut.

Sehingga vegetasi hutan alam produksi tetap terjaga, regenerasi terus berlangsung, dan yang paling penting adalah alih fungsi hutan oleh perusahaan atau masyarakat sekitar tidak terjadi.

Jenis pohon yang diinginkan untuk menutupi lahan bekas penebangan hutan alam produksi, merupakan pohon yang dahulu  tumbuh pada area hutan tersebut.

Selain itu, karena area bekas tebangan pada hutan alam produksi tidak tertutup oleh pohon-pohon besar lagi.

Sinar matahari dapat menyinari seluruh benih-benih, sehingga pertumbuhan calon pohon tersebut akan lebih cepat dan lebih besar serta lebih tinggi.

Hal ini sudah terbukti pada hutan alam produksi di Malaysia, berkat menggunakan teknik MUS atau Malayan Uniform System di dataran rendah. Akan tetapi, teknik MUS tidak berhasil atau tidak dapat di terapkan pada dataran yang berbukit hingga pegunungan.

Baca Artike Lainnya :

  • Sistem Silvikultur Pada Hutan Payau
  • Pengertian dan definisi hutan adat

Dikarenakan ekologi antara dataran Lowland Tropical Rain Forest (dataran rendah) dan dataran tinggi berbeda jauh.  Sehingga, dilakukan modifikasi agar dapat diterapkan pada dataran tinggi dengan memperkenalkan Sistem Modified MUS.

Sumber : http://agroteknologi.web.id/sistem-silvikultur-tebang-habis-permudaan-alam-thpa/


0 Response to "Sistem Silvikultur Tebang Habis Permudaan Alam (THPA)"

Post a Comment