Klasifikasi dan Pengertian Tanah Histosol

Klasifikasi dan Pengertian Tanah Histosol – Tanah histosol juga disebut tanah organik. Secara bahasa yang berasal dari bahasa Yunani histosol dapat berarti jaringan.

Tanah Histosol sama halnya dengan tanah rawa dan tanah gambut. Tanah Histosol mempunyai kadar bahan organik yang sangat tinggi yang baik untuk tanaman.

Secara klasifikasi lama, tanah ini termasuk tanah Organosol yang berasal dari kata Histos yang artinya jaringan tanaman.

Untitled

Jenis tanah ini biasanya ada di kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah.

Pada umumnya tanah ini terbentuk karena dalam kondisi tergenang air dalam waktu lama.

 Untuk bahan organik yang terkandung di dalam tanah dapat dibagi menjadi 3 macam berdasarkan tingkat kematanganya, yaitu fibrik, saprik dan hemik.

Fibrik adalah bahan organik yang tingkat kematangannya paling rendah  atau mentah dimana bahan ini berupa sisa-sisa tumbuhan yang masih tampak jelas bentuknya.

Untuk Hemik adalah bahan organik yang mempunyai tingkat kematangan sedang atau setengah matang, dan sapri adalah yang tingkat kematanganya tingkat lanjut.

Jenis tanah yang termasuk ordo Histosol adalah tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% atau 30 %.

Untuk tanah yang bertekstur pasir lebih dari 20 % dan untuk tanah yang bertekstur liat lebih dari 30%.

Ciri-cirinya sebagai berikut:

  1. Tanah memiliki epipedon histik, artinya epipedon yang mengandung bahan organik sangat banyak sehingga tidak mengalami perkembangan ke arah pembentukan lapisan horison-horison tanah yang berbeda.
  2. Warna tanah cenderung coklat kelam sampai hitam, berkadar air cukup tinggi dan bereaksi terhadap asam karena mengandung pH3 sampai 5.

Kandungan bahan organik yang tinggi dari tanah histosol ini berasal dari sisa-sisa tanaman yang mati dalam keadaan tergenang air. Kemampuannya sangat baik dalam menimbun cadangan air.

Jika kadar air dalam tanah berkurang maka tanah cenderung menyusut dan tidak dapat dikembalikan ke bentuk semula.

Sifat khusus tanah Histosol tergantung pada sifat bahan yang tergenang air dan tingkat pembususkan bahan organik.

Tanah Histosol biasa digunakan untuk budidaya bawang, mint, seledri , kol, kentang, kranberi, wortel, dan tanaman umbi-umbian. Hal ini terutama di negara-negara di bagian utara.

Untuk di Indonesia sendiri, tanah histosol digunakan untuk budidaya nanas dan lidah buaya.

Sayangnya, selama dekade terakhir ini banyak area tanah histosol mengalami kerusakan akbibat dari kegiatan pertanian, industri dan perkebunan.

Tanah Histosol banyak dibuka dan dikonversi mejadi lahan-lahan baru. Kegiatan pembukaan ini sayangnya hanya dilatarbelakangi oleh kepentingan ekonomi jangka pendek.

Sedangkan pertimbangan lingkungan yang bernuansa kepentingan jangka panjang diabaikan begitu saja.

Sehingga yang dihasilkan kemudian adalah sejumlah kegagalan-kegagalan dan kerugian bagi negara dan masyarakat lebih luas.

Pemerintah dan pihak terkait sudah berupaya untuk mengurangi dampak buruk jangka panjang dari pengembangan di lahan gambut dan histosol, termasuk diantaranya yang terkait dengan isu perubahan lingkungan.

Namun hal ini tidak diiringi dengan penegakan hukum yang kuat dan kepedulian dari masyarakat yang tinggi. Sehingga kerusakan dalam jangka panjang tetap tidak dapat dielakan.

Faktanya memang tidak selalu mudah dalam membagi perhatian antara kepentingan ekonomi dan kepentingan lingkungan, apalagi bagi negara berkembang seperti Indonesia yang berada dalam kondisi sangat membutuhkan investasi dan pembangunan.

Baca Artikel Lainnya :

  • Pengertian dan Definisi Polusi Tanah
  • Pengertian dan Jenis Tanah Humus
  • Pengertian dan Definisi Horizon Tanah

Untuk itu peran masyarakat luas sangat dibutuhkan untuk mendukung pengurangan kerusakan tanah histosol.

Hal ini karena tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan konversi tanah histosol memang menghasilkan nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Sumber : http://agroteknologi.web.id/klasifikasi-dan-pengertian-tanah-histosol/


0 Response to "Klasifikasi dan Pengertian Tanah Histosol"

Post a Comment