Museum Dirgantara – museum ini berada di Yogyakarta, terletak di komplek AURI yang tidak jauh dari bandara internasional Adi Sucipto. Dulu sekali ketika kelas enam SD aku pernah mengunjungi tempat ini ketika study tour perpisahan SD. Kenangan akan tempat ini begitu membekas di ingatanku. Bagaimana saat itu aku bermain diantara pesawat-pesawat yang dijejer dan terlihat begitu gagah.
Sudah lama aku berniat mengunjunginya lagi, dengan mengajak kedua adikku. Baru hari Jumat bulan Juli setelah lebaran iedul fitri aku berkesempatan ke Museum Dirgantara lagi. Aku mengajak dua adik laki-laki ku, Yasin kelas 2 SMP dan Solehuddin kelas 6 SD, sekalian sebagai kenangan bagi adiku yang baru lulus dari Sekolah Dasar.
Jauh sebelum lebaran aku berencana mengajak mereka ke Yogyakarta seminggu setelah lebaran. Mereka begitu exited ketika kukatan akan mengajak liburan ke Yogyakarta. Meski mereka tidak tahu tempat apa yang akan aku tuju nanti. Hanya sekedar tau nama Museum Dirgantara. Mereka pulalah yang mengingatkanku ketika aku hampir lupa telah berjanji mengajak liburan selepas mudik lebaran.
Contents
- 1 Berangkat
- 2 Perjalanan
- 3 Sampai lokasi
- 4 Nostalgia
- 5 Bla bla bla
- 6 Lanjut keliling
- 7 Capek berkeliling
- 8 Silahkan dibagikan
- 9 Related
Berangkat
Hari itu hari Jum’at pagi pagi sekali aku sudah berberes rumah. Menyiapkan hal yang harus aku bawa untuk perjalanan liburan ke yogyakarta. Hari sebelumnya aku sudah mempersiapkan sepeda motor dari mulai angin ban, ganti oli, service, dan full tank bahan bakar, hal seperti ini biasa aku lakukan ketika akan bepergian keluar kota. Untuk menghindari kendala teknis sepeda motor.
Pukul 07.30 WIB aku dan dua adikku sudah siap untuk berangkat, kita pamit dulu ke orang tua dan saudara-saudaraku. Segera setelahnya kita berangkat, tak lupa berdoa terlebih dahulu. Berboncengan bertiga dalam satu motor. Satu bonceng di depan, aku kemudian satu adiku dibelakangku. Sebelum berangkat aku sudah mengeset Google Maps untuk melewati jalur terdekat ke Museum Dirgantara dari Rumah.
Perjalanan
Menurut google maps perjalanan yang kutempuh berkisar 1,45 menit. Meski begitu google maps selalu mengambil waktu perjalanan tercepat. Aku menggunakan headset untuk mendengarkan pemandu soal arahnya. Sebenarnya untuk sampai lokasi Museum aku sudah hafal, tetapi biar lebih yakin aku tetap menggunakan google maps untuk pemandu.
Satu jam perjalanan, kita sudah dipehujung Kab Klaten, kitapun mampir ke alfamart untuk membeli air mineral dan roti snek sekedar menghilangkan haus, sembari mendinginkan sepeda motor sebentar. Sekitar 15 menit kami berada di alfamart untuk mendinginkan badan dan menghilangkan kantuk, setelah dirasa haus sudah hilang dan kantuk sudah pergi kita melanjutkan perjalanan lagi.
Sampai lokasi
Sampailah kita ditikungan masuk ke museum dirgantara, gerbang dijaga oleh petugas Angkatan Udara. Untuk satu rombongan diwajibkan meninggalkan satu KTP. Jadilah ktp milikku kutinggal sebagai jaminan. Diperbolehkan berada di kawasan wisata sampai menjelang sore. Disini kita tidak dipungut biaya masuk sama sekali.
Aku segera memarkinkan motor, melepas jaket dan menyiapkan kamera untuk mengabadikan momen. Kedua adikku langsung berlari ke arah pesawat terbang terdekat. Mereka begitu exited. Mereka memang belum pernah melihat pesawat dari dekat secara langsung. Disini mereka bisa menyentuh bahkan menaikinya. Meski tidak berjalan.
Nostalgia
Aku membiarkan kedua adikku berlarian sendiri dan melihat mereka dari kejauhan. Akupun melihat sekeliling, dari tempatku berdiri aku melihat helikopter, sebuah roket raksasa, beberapa pesawat tempur amfibi, pesawat tempur dengan satu awak, serta beberapa model pesawat yang aku sendiri tidak tahu namanya. Intinya pesawat tempur. huehe
Sesekali melintas di langit pesawat tempur yang hendak mendarat di landasan terbang tak jauh dari museum ini, pesawat tempur yang dikemudikan untuk latihan oleh para tentara Angkatan Udara Republik Indonesia. Dari pengamatan sekilas tempat ini tidak berubah semejak pertama kali aku mengunjunginya, lebih dari 10 tahun yang lalu, tahun 2005.
Bla bla bla
Saat aku duduk diatas rumput sambil melihat kedua adikku dari kejauhan. Datang dua mahasiswi menghampiri, dilihat sekilas keduanya berumur sekitar 20, masih muda dan cantik tentunya. Mendatangiku dan mengajak ngobrol, keduanya berasal dari universitas negeri terkenal di Yogyakarta, bermaksud mewawancaraiku guna memenuhi tugas yang diberikan oleh dosennya.
Kusanggupi permintan mereka, mereka segera menyiapkan kamera, menyiapkan daftar pertanyaan dan lain lain. Serius amat yak. Rupanya direkam dengan kamera, awalnya aku hanya mengira sekedar pertanyaan biasa tanpa harus divideo. Baiklah wawancara sekedarnya aja, maksimal 15 menit, mereka bilang gitu diawal.
“bla bla bla… alasan mengapa saya kesini, karena saya ingin menunjukkan kepada adik-adik saya untuk mengenal perjuangan angkatan udara dalam memperjuangakan kemerdekaan Republik Indonesia, disamping itu mereka bisa melihat peralatan tempur TNI AU kala itu di museum ini… bla bla bla” pertanyaan demi pertanyaan sudah kujawab.
“Apa harapan Mas kedepannya untuk museum ini bla bla bla?” pertanyaan panjang lainnya dilontarkan.
“bla bla bla …dan koleksi yang ada di museum ini ditambah, dari pertama kali saya kesini 10 tahun lalu koleksinya masih sama dan tidak bertambah sama sekali, kali aja ada tambahan pesawat sukhoi kan keren tuh. Hehe. Dan lagi tempat sebagus ini kok kurang publikasi seharunya…bla..bla..bla.”, kujawab panjang lebar.
Lanjut keliling
Lima belas menit pun berlalu. Setelah ngobrol sebentar mereka pamit. Tempat ini sangat sepi mungkin karena aku mengunjunginya pada hari Jum’at, entahlah. Kudekati kedua adiku yang sedang bermain diantara pesawat tempur. Kuabadikan aktivitas mereka, untuk kenang kenangan dikemudian hari.
Setelah puas keliling bagian luar. Aku mengajak untuk melihat koleksi didalam gedung. Untuk masuk per orang membayar 3.000 saja, ditambah per kamera 1.000 rupiah. Setelah membayar kami segera masuk dan pertama terpampang patung burung garuda dengan seragam jendral TNI AU disampingnya. Didalam gedung ada pengenalan tentang wilayah udara dan perairan NKRI dengan sebuah deretan nama lulusan Akademi Angkatan Udara Republik Indonesia.
Masuk lebih dalam disuguhi banyak pesawat tempur dengan satu awak berukuran mini, helikopter, berbagai roket kendali, kemudian ada juga radio transmiter untuk komunikasi AU dengan awak yang tengah mengudara dan masih banyak lagi koleksi lainnya. Aula tempat ini tidak beratapkan genting jadi udaranya panas.
Ruang selanjutnya adalah bagian diorama. Berisikan replika kejadian-kejadian perjuangan TNI AU indonesia dalam mempertahankan perjuangan. Dengan efek sound yang membuatnya tampak begitu real. Diruang ini juga terdapat kamera asli yang dipakai untuk merekam jaman dahulu, beberapa roket dan prototypnya, simulasi menaiki pesawat tempur dan banyak hal lain.
Capek berkeliling
Setelah capek berkeliling kami segera keluar istirahat sebentar. Waktu menunjukkan pukul 11.00, sebenarnya kita masih ingin lanjut bermain lagi tapi karena ini hari jum’at kita bersiap sholat jum’at. Mushola yang berada disamping museum tidak dipergunakan untunk sholat jum’at. Jadilah kita harus mencari masjid diluar. Sebelum pergi kita berganti pakaian sholat yang sudah kita persiapkan dari rumah.
Setelah menimbang-nimbang sebentar aku menuju Masjid Agung Yogyakarta. Jaraknya lumayan jauh dari museum ini. Aku segera memacu kendaraan keluar komplek AURI, mampir ke pos penjagaan dulu mengambil KTP yang dititipkan tadi. Oke sampai sini dulu tulisan perjalanan ini. Lanjut ditulisan berikutnya. thanks for reading. Semoga bermanfaat
Sumber : http://jempolkaki.com/mengunjungi-museum-dirgantara-yogyakarta/
0 Response to "Mengunjungi Museum Dirgantara, Yogyakarta"
Post a Comment