Ini melanjutkan tulisanku sebelumnya, Untuk pertama kalinya aku naik pesawat, ditiket tertulis Abu Dhabi International Airport sebagai tujuanku. Aku akan melakukan perjalanan ke timur tengah sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Rasanya gak nyaman juga menyandang status Tenaga Kerja Indonesia. Tapi sudahlah, it’s not necessary. Saat itu yang penting aku bisa ke Makkah dan Madinah, tempat dimana cahaya keislaman berasal.
Contents
- 1 Menaiki Etihad Airways
- 2 Take Off
- 3 Perjalanan diatas Awan
- 4 Para Pramugari
- 5 Pendaratan
- 6 Abu Dhabi International Airport
- 7 Silahkan dibagikan
- 8 Related
Menaiki Etihad Airways
Terlihat pramugari berjejer menyambut penumpang, mereka dengan tinggi badan diatasa 170 cm, dengan kecantikan yang tidak akan ditemukan di belahan bumi timur, kecantikan khas latin, Eropa, rambut pirang, dengan pipi tirus dengan hidung kelewat mancung, berpakaian rapi yang bahkan lebih sopan daripada beberapa maskapai lokal, baju lengan panjang dengan rok dibawah lutut tanpa ada belahan.
Tidak salah kalau Etihad Airways menduduki peringkat 6 maskapai dengan pelayanan terbaik dunia. Dari mulai memasuki kabin, tiket kita dilihat kemudian diantar ke lokasi tempat duduk, nomor tempat duduk sudah tertera ditiket, dan barang dimasukkan ke bagasi kabin. Semuanya dilakukan sambil senyum. Setidaknya itu mengurangi kegugupanku untuk pertama kalinya naik pesawat terbang.
Aku duduk didekat jendela, bagian tengah sejajar dengan belakang sayap pesawat, sepertinya bakal seru nih. Dari tempatku duduk bakal terlihat jelas bagaimana gerakan pesawat akan terbang. Disampingku duduk seorang lelaki berumur tiga puluhan keatas. Kita sempat berkenalan. Dia dari Lombok, yang dikemudian hari kita selalu satu kamar diperantauan.
Take Off
Setelah semua penumpang naik, pramugari memperagakan penggunaan masker oksigen dan beberapa hal yang harus dilakukan jika keadaan darurat terjadi. Semuanya diminta untuk memakai seatbelt karena pesawat akan segera take off. Disini pramugari bejalan berkeliling mengecek penumpang dan mengencangkan seatbeltnya apabila masih kendor. So sweet. Haha
Pesawat berjalan berbelok kelandasan pacu. Setelah sampai di landasan lurus yang panjang, mesin jet pesawat dinyalakan, suara deru pesaawat terdengar keras sampai ke dalam, tiba-tiba badan terdorong kuat kebelakang, pesawat ini bergerak dengan kecepatan lebih dari 900 km per jam. perlahan pesawat miring dengan moncong depan naik.
Dengan sangat cepat pesawat bergerak meninggalkan Bandara Soeta, terlihat gedung-gedung Jakarta yang semakin mengecil, juga sayap pesawat terguncang membelah awan dengan aliran angin yang sangat ketara. Posisi pesawat miring 30 derajat, hampir selama 20 menitan, hingga akhirnya posisi kembali normal. Lurus berada diatas awan. Rasaya hampir mirip naik sepur, mulus sesekali terguncang. Hehe
Perjalanan diatas Awan
Setelah kondisi normal terkendali, penumpang diperbolehkan untuk melepas seatbelt. Disetiap tempat duduk telah disediakan, selimut dan headset yang digunakan untuk media hiburan, terdapat layar touchscreen 7 inch untuk hiburan, didalamnya terdapat ratusan movie dari berbagai genre baik koleksi baru maupun lama, ratusan music, dan dari layar tersebut kita bisa melihat posisi pesawat saat ini, juga view kamera yang berada dibawah dan didepan pesawat. Full entertainment.
Pramugari berkeliling membagikan menu pesawat dalam perjalanan ini, dua kali makan dan dua kali snek. Lumayan untuk mengganjal perut. Saat makan tiba, pramugari berjalan dengan mendorong kotak berisikan makanan. Mereka membagikan makanan dengan menanyakan menu yang kita pilih, aku sudah lupa menu apa saja itu hehe, yang jelas aku minta air minum dua gelas, jus jeruk dan sprite, untuk menu pertama hehe mumpung gratis.
Para Pramugari
Mungkin sebelumnya para pramugari ini pernah operasi memperpanjang usus, sehingga mereka memiliki kesabaran tak terbatas, seperti orang jawa bilang ‘wong sabar dowo ususe’ (orang sabar panjang ususnya). Haha. Orang -orang mendadak bisa berbahasa Inggris untuk sekedar menggoda / menyapa / meminta tolong pramugari meski dengan bahasa pas-pasan
Ada saja penumpang yang menggoda disepanjang perjalanan, bertanya nama, asal, bertanya bagaiman menyalakan musik/movie, meski sebenarnya sudah ada dalam buku panduan, atau hanya memanggil untuk dibuatkan susu, tetep dibuatkan meski di pesawat gak ada susu kecuali susu bayi. Mereka melayani dengan senyum dan ramah, yaaa tetap tersenyum di dalam tangis, dan tetap ramah disaat marah.
Menjelang malam aku menyempatkan diri ke toilet. Dan kulihat beberapa kursi belakang banyak yang kosong, rasanya lebih enak tidur dengan posisi telentang di kursi berjejer daripada harus tidur dengan posisi duduk ditempat awal, kutemui pramugari dan meminta izin untuk menggunakan kursi belakang dan ternyata diperbolehkan. Jadilah bisa tidur dengan nyenyak.
Pendaratan
Mendekati pukul sebelas waktu setempat lampu kabin dinyalakan, semua penumpang dibangunkan lewat microphone dan diminta untuk mengencangkan sabuk, kita akan mendarat di Abu Dhabi International Airport. Seperti sebelumnya pramugari berkeliling memeriksa kekencangan sabuk dan membangunkan penumpang yang masih tertidur.
Pesawat mendarat dengan mulus, terjadi goncangan normal ketika roda pesawat beradu dengan aspal bandara. 10 menit kemudian penumpang dipersilahkan turun. Penumpang diperbolehkan membawa headset yang disediakan, bahkan ada yang dengan percaya dirinya memasukkan selimut maskapai kedalam tas.
Ini jelas memalukan nama Indonesia, mencuri selimut maskapai, tapi ada juga beberapa yang lebih parah, keluar dengan selimut dikalungkan dileher, dan tetap cuek ketika diingatkan pramugari agar meninggalkan selimut di kabin, pramugari hanya bisa geleng-geleng. Sudah menjadi kebanggan tersendiri bagi kebanyakan orang Indonesia ketika pulang membawa selimut belogokan maskapai. Sebuah budaya yang jelas perlu dirubah.
Abu Dhabi International Airport
Kita turun dari pesawat dijemput bus untuk diantar masuk ke pintu bandara jaraknya sekitar 500 meter lebih, terlalu berat kalau berjalan sambil menggendong tas. Bandara ini terlihat sangat megah, setelah memasukinya, aku mengeluarkan tiket kedua, dan bertanya kepada petugas dimana letak gate yang tertulis di tiket, lokasi tempat kita akan menunggu.
Aku segera berjalan kearah yang ditunjukkan petugas, dengan beberapa orang mengikutiku. Oh ya sekedar info, aku terbang ke timur tengah bersama sekitar 30an orang. Dengan berbagai latar belakang dan umur. Setelah sampai ruang tunggu aku mencari mushola untuk menunaikan sholat maghrib dan Isya’. Tak lupa kuajak mereka yang belum sholat dipesawat untuk berjama’ah.
Kita akan menunggu dibandara ini sekitar 2 jam lebih, dan berganti pesawat lebih kecil dengan maskapai yang sama tentunya, untuk melanjutkan perjalanan ke Jeddah, kurang lebih 2 jam penerbangan dari bandara ini. Lanjut ke episode selanjutnya InshaAllah.
Sumber : http://jempolkaki.com/penerbangan-pertama-kalinya-etihad-airways/
0 Response to "Penerbangan Pertama Kalinya, Etihad Airways"
Post a Comment