Pada prinsipnya, pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit dilakukan dengan memindahkannya dari perkebunan ke pabrik. Alat angkut sawit yang biasanya dipakai yaitu truk, baik dump truck maupun light truck. Beberapa perusahaan, terutama yang memiliki perkebunan sawit di lahan gambut, ada pula yang memanfaatkan lori yang ditarik lokomotif karena dinilai lebih efektif dan efisien.
Pengangkutan TBS sawit atau FFB (Fresh Fruit Bunches) termasuk salah satu dari tiga mata rantai terpenting dalam budidaya kelapa sawit meliputi panen, angkut, dan olah disingkat PAO. Untuk mendukung kelancaran rangkaian mata rantai ini, semua proses harus berjalan dengan baik dan tersinkronisasi. Sebagai contoh, penghitungan kebutuhan armada pengangkutan dan perkiraan hasil pengolahan pada saat melaksanakan proses pemanenan TBS.
Setidaknya terdapat 2 faktor yang mempengaruhi proses pengangkutan TBS yaitu organisasi panen, bentuk/pola jalan di dalam perkebunan, kondisi/perawatan jalan, jenis dan tipe alat angkut, kondisi alat-alat transportasi, serta pengoperasian alat transportasi. Apabila proses pengangkutan ini dapat berjalan dengan lancar, maka manfaat-manfaat yang bisa diperoleh antara lain menjaga ALB (Asam Lemak Bebas) produksi harian 2-3%, mempengaruhi kelancaran atau kapasitas pengolahan pabrik, mendukung keamanan TBS di lapangan, dan menghemat biaya pengangkutan seminimal mungkin.
Terdapat 5 hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan TBS kelapa sawit, di antaranya :
1. Pembatasan Kapasitas Angkut Truk
Memang benar, semakin cepat proses pengangkutan TBS dilaksanakan maka semakin baik. Kendati demikian, perlu penyesuaian kapasitas angkut terhadap daya muat alat transport. Misalnya truk Mitsu***** PS 100 atau PS 120 mempunyai daya muat maksimal 5-6 ton setiap perjalanan. Jadi untuk mewujudkan operasional kendaraan dan proses pengangkutan yang optimal, jadwal tiba kendaraan ke lokasi panen dan pabrik kelapa sawit harus disusun dengan baik.
2. Pengaturan Jadwal yang Baik
Semua kendaraan wajib terisi bahan bakar pada pukul 06.00 atau waktu sore di hari sebelumnya. Kemudian, kendaraan-kendaraan ini harus sudah mulai mengangkut TBS pada pukul 07.00. Tandan pertama yang diangkut pada hari tersebut diusahakan sampai ke pabrik maksimal pukul 09.00 dan tandan terakhir dibawa selambat-lambatnya pukul 22.00. Masing-masing truk selanjutnya dilayani oleh 2-3 orang tukang muat bongkar dan 1 orang kerani muat. Sopir truk sebaiknya membawa bekal makanan untuk mengefisienkan waktu istirahat.
3. Pengaturan Muatan yang Baik
TBS sawit harus ditata dengan benar di dalam truk untuk memaksimalkan kapasitasnya. Seluruh berondolan sebaiknya diangkut dengan memasukkannya ke karung dan meletakkannya di atas susunan TBS. Sedangkan tandan busuk dan tandan kosong kelapa sawit tidak boleh dibawa hingga ke pabrik pengolahan.
4. Pemeliharaan Alat Angkut
Seluruh alat yang dipakai untuk mengangkut TBS dari perkebunan ke pabrik wajib dipelihara dengan benar. Termasuk karung kosong yang sudah digunakan untuk menyimpan berondolan sawit perlu dikumpulkan dan dikembalikan ke afdeling yang bersangkutan. Jangan sampai terjadi pemborosan anggaran akibat alat-alat yang gampang rusak/hilang.
5. Keamanan Pengangkutan
Faktor keamanan juga perlu diperhatikan dalam pengangkutan TBS. Contohnya pemasangan jaring-jaring pada bagian muatan truk terutama ketika melewati perjalanan yang jauh, melintasi jalan negara, atau melalui jalan yang rusak. Ingat, semua tandan buah yang jatuh harus diambil dan dimasukkan kembali ke truk.
0 Response to "5 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengangkutan TBS"
Post a Comment