Cara Pengolahan Pasca Panen Tanaman Gambir – Tanaman gambir adalah salah satu komoditas pertanian masyarakat Indonesia yang memiliki prospek jangka panjang yang baik dan memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi untuk dikembangkan serta dibudidayakan secara komersial pada masa yang akan datang, mengingat banyaknya manfaat yang dimiliki oleh tanaman gambir.
Umumnya, masyarakat Indonesia memanfaatkan gambir sebagai bahan campuran makanan sirih atau digunakan sebagai bahan baku dalam industri seperti penyamakan kulit, farmasi, cat, minuman, dan lain sebagainya.
Untuk melakukan panen, pertama kali dilakukan saat tanaman gambir sudah berusia antara 1 – 2 tahun.
Sedangkan pada panen berikutnya, tidak ada batasan umur dan kriteria tertentu. Karena biasanya petani hanya melihat jumlah daun dan usia tanaman gambir saja, berkisar antara 5 – 7 bulan setelah dilakukan panen sebelumnya.
Dalam setahun, para petani tanaman gambir mampu melakukan panen hingga 2 kali tergantung dengan pertumbuhan dan ketuaan daunnya.
Namun bila kondisi iklim dan tanah baik, maka petani gambir mampu melakukan panen hingga 3 kali dalam setahun.
Tingkat ketuaan daun gambir saat dipanen, sangat berpengaruh pada rendaman dan kadar katechin.
Semakin tua saat daun gambir dipanen, maka akan semakin rendah rendaman dan kadar katechin yang dimilikinya.
Sebaliknya, semakin muda daun gambir yang akan dipanen akan semakin tinggi rendaman dan kadar katechin yang dimilikinya.
Cara Panen Tanaman Gambir
Untuk melakukan panen pada tanaman gambir, dapat dilakukan dengan bantuan alat ani-ani atau tuai yang berfungsi untuk memotong seluruh ranting-ranting yang ada di cabang tanaman dengan jarak 2 – 3 cm dari pangkalnya.
Selanjutnya, daun dan ranting tanaman gambir diikat untuk dimasukkan di dalam keranjang anyaman rotan yang memiliki kapasitas maksimal 15 kg.
Setelah mencapai batas maksimal, keranjang yang berisi tanaman gambir akan dibawa ke tempat pengolahan yang berada di tengah kebun.
Dalam satu hari, seorang petani gambir mampu memanen daun dan batang gambir sekitar 5 – 6 keranjang.
Pasca Panen Tanaman Gambir
Pada dasarnya, kualitas gambir sangat bergantung ketika terjadinya proses pengelolaan.
Jika pengolah menggunakan air rebusan gambir secara berulang-ulang, maka akan menghasilkan kualitas gambir yang jelek jika dibandingkan dengan hasil olahan gambir yang airnya diganti setiap akan melakukan pengolahan.
Di Indonesia, kebanyakan petani tanaman gambir mengolahnya menjadi sebuah produk dengan alat yang sangat sederhana dan didapatkan secara turun-temurun.
Pengepresan atau pengempaan merupakan pengelolaan tanaman gembir menggunakan alat tradisional yang terbuat dari kayu.
Alat ini sangat menentukan dalam pengelolaan gembir, sebab menentukan dalam kualitas dan kuantitas getah yang dikeluarkan oleh tanaman gembir. Selain alat, tenaga manusia juga berperan penting dalam keberhasilan proses pengempaan atau pengepresan.
Terdapat dua jenis alat pengempaan atau pengepresan yang berkembang di Indonesia, khususnya di Sumatra Barat sebagai propinsi penghasil gembar terbesar yaitu alat pengempaan kayu dan pengempaan dongkrak.
Pengempaan kayu adalah alat pengolahan tradisional peninggalan nenek moyang yang dalam pengoperasionalnya membutuhkan tenaga manusia dalam jumlah yang sangat besar, sedangkan pengempaan dongkrak adalah alat pengolahan modern yang lebih ringan.
Hingga saat ini, sudah ada 4 alat pengempaan atau alat pengepresan tanaman gambir yang berkembang di Indonesia.
Baca Juga :
- Cara Penanganan Pasca Panen Tanaman Kencur
- Cara Penanganan Pasca Panen Tanaman Kunyit Putih
- Cara penanganan pasca panen tanaman kunyit
Yaitu alat pengempaan dongkrak, alat pengempaan sistem ulir, alat pengempaan sistem dongkrak hidrolik, dan sistem pabrik. Keempat alat pengempaat tersebut lebih efisien, cepat, berkualitas, memiliki kapasitas lebih besar, dan tidak terlalu banyak menggunakan tenaga manusia dari pada alat pengempaan tradisional.
0 Response to "Cara Pengolahan Pasca Panen Tanaman Gambir"
Post a Comment