Cara Penanganan Pasca Panen Tanaman Temuireng

Cara Penanganan Pasca Panen Tanaman Temuireng – Halo, jumpa lagi dengan kami di web ini.

Kali ini kami akan sedikit membahas cara penanganan pasca panen tanaman Temuireng.

Namun, alangkah baiknya bila kita sedikit mengulas kembali tentang cara memanen salah satu tanaman herbal berikut ini. Silahkan disimak yaa..

pascapanen-temuireng

Cara memanen tanaman Temuireng:

  • Lakukan pemanenan ketika bagian tanaman yang diatas permukaan tanah sudah tampak mengering. Umur tanaman sekitar 10 bulan bila bibitan berasal dari bagian rimpang induk, atau 2 tahun jika bibit berasal dari bagian rimpang anakan.
  • Galilah tanah dengan alat atau garpu secara hati-hati.
  • Bersihkan bagian rimpang dari tanah dan juga kotoran, kemudian cuci dengan menggunakan air hingga bersih.
  • Anginkan rimpang hingga agak kering dari air.
  • Simpanlah rimpang ke tempat yang bersih dan juga Penjemuran hasil dari irisan rimpang atau empon-empon, paling baik dikerjakan di atas anyaman bambu yang diletakan di atas rak setinggi 1 m dari tanah. Untuk ukuran widig, lebarnya 1,5 m dengan panjang sekira 6 m. Penjemuran dengan menggunakan wadah seperti ini akan menghasilkan kualitas rimpang kering yang baik. Setiap 2-3 jam, harus anda lakukan pembalikan (pengadukan), supaya proses pengeringan tanaman berlangsung dengan sedikit lebih cepat dan kualitas dari umbi keringnya lebih baik. Untuk mendapatkan irisan rimpang kering berkadar air 15%, diperlukan durasi pengeringan sekitar tiga hari pada cuaca terik. Namun, supaya kadar air mencapai 10%, rimpang kering perlu dikeringkan lagi dengan menggunakan dryer. Baik dryer yang memakai sumber panas matahari, kayu kering, minyak bakar maupun dengan listrik. Rimpang yang sudah kering ini bisa langsung dipasarkan,

Pasca Panen:

Rimpang yang telah bersih selanjutnya ditiriskan lalu dikeringkan dengan cara diangin-angin. Yakni dengan cara menghamparkanya di atas lantai yang sudah bersih dan cukup teduh.

Tahap berikutnya, bagian rimpang yang masih berkulit diiris dengan menggunakan alat perajang. Alat ini bisa berupa tempat untuk memasukan pisau perajang, rimpang, dan juga wadah penampung hasil irisan.

Alat perajang ini dapat digerakkan secara manual menggunakan tangan, pedal sepeda atau dengan memakai mesin.

Mesin perajang dapat bertenaga disel, berbahan bakar bensin, dan juga tenaga listrik. Pilihan mesin perajang sangat ditentukan oleh volume dari rimpang temu-temuan yang dirajang.

Semakin banyak jumlah volume temu-temuan yang dirajang, semakin diperlukan pula alat perajang yang lebih besar dengan menggunakan mesin berpenggerak disel, bahan bakar bensin maupun energy listrik.

Industri perajang komoditas hasil pertanian umumnya memakai mesin berpenggerak tenaga listrik.

Mesin portable berpenggerak disel atau bensin, juga dapat menjadi pilihan yang sangat ekonomis. Syaratnya adalah, volume rimpang yang dirajang harus cukup besar, sementara untuk jarak areal penanaman dengan tempat pengolahan cukup jauh.

Di dalam kondisi demikian, pembersihan hasil rimpang, pencucian rimpang dan pengeringan rimpang, seluruhnya sebaiknya dilakukan di lokasi panen. Setelah itu, mesin perajang bertenaga Bensin diangkut ke lokasi.

Demikian pula widig dan juga rak untuk menjemur. Di area lahan inilah dilakukan perajangan hasil rimpang. Hasil irisanya sebaiknya langsung dijemur di lokasi.

Terdapat dua kualitas irisan hasil rimpang kering. Pertama, hasil rimpang diiris langsung tanpa sebelumnya dikupas.

Kedua, hasil rimpang dikupas, dicuci baru kemudian diiris dengan pisau. Irisan rimpang yang telah dikupas ini, langsung dijemur hingga kering. Harga dari irisan rimpang kering yang sudah dikupas, lebih tinggi dibandingkan dengan yang tak dikupas.

Pengupasan hasil rimpang temu-temuan yang paling tepat dilakukan dengan menggunakan pisau dari bambu. Tujuannya, agar didapat hasil kupasan yang relatif bersih, tetapi daging umbi tak ikut terpotong.

Sebab yang nantinya akan dibuang dari bagian permukaan rimpang hanya kulit ari yang tipis. Pengupasan dengan menggunakan pisau akan menjadi lebih potensial membuang daging umbi yang cukup banyak.

Temu hitam biasanya dipasarkan dalam rupa umbi utuh yang sudah besar dan tua dalam kondisi tanaman yang masih segar.

Akhir-akhir ini, dunia industri farmasi modern mulai membutuhkan ekstrak rimpang dari temu-temuan dalam jumlah volume yang cukup besar. Untuk penjualan dengan skala yang besar, lebih baik jika memasarkanya dalam bentuk simplisia, yang secara umum dipakai sebagai bahan dari obat atau industri jamu.

Sumber : http://agroteknologi.web.id/cara-penanganan-pasca-panen-tanaman-temuireng/


0 Response to "Cara Penanganan Pasca Panen Tanaman Temuireng"

Post a Comment